Literasi Wawasan Islami Pada Era Digitalisasi

Noor Adn
5 min readJul 23, 2021
Photo by JESHOOTS.COM on Unsplash

Dunia berkembang begitu pesat, perkembangan teknologi yang terus menerus terjadi mendorong seseorang bebas dalam hal berekspresi. Era digitalisasi telah dimulai, tantangan serta rancangan baru perlu segera diperbaiki. Inovasi dan kreasi harus terus dipacu untuk menyebarkan dakwah Islam yang mulia ini. Kita harus tetap semangat menyampaikan dakwah Islam walaupun berbagai macam cara kita akan lalui. Harus yakin bahwa agama Islam ini dapat tersampaikan dengan baik, walaupun dengan zaman yang terus berganti.

Tantangan yang dihadapi pada sekarang ini tentu berbeda dengan yang seperti yang telah lampau. Jika dahulu belum kenal yang namanya gawai (gadget) serta masih kesulitan mendapatkan informasi, maka hari ini gawai justru merupakan hal yang hampir wajib untuk dimiliki. Para pelaku akademisi seperti guru, dosen, dan mahasiswa, membutuhkan gawai sebagai sarana belajar dan berdiskusi mengenai materi. Tak hanya mereka, masyarakat umum juga membutuhkan gawai untuk berkomunikasi dengan orang lain, atau untuk keperluan mereka masing-masing.

Lalu lintas informasi menjadi sebuah hal pasti yang tak terlepaskan dari teknologi komunikasi. Informasi yang begitu banyak, terkadang membuat seseorang menjadi kebingungan, bahkan mungkin kehilangan arah dan tujuan. Keberadaan tersebut memiliki dampak sisi positif dan negatif.
Tanpa dibekali pengetahuan Islam, bisa saja seseorang menjadi hilang kendali saat berselancar di dunia internet, terutama saat seseorang sedang menyendiri. Berbagai macam fitnah dan cobaan tepat berada di depan mata memandang. Peluang kemaksiatan dan kebaikan menjadi semakin besar seiring perkembangan zaman.

Banyaknya berita hoax yang telah terlanjur tersebar merupakan sebuah ancaman bersama bagi kita semua. Mungkin jika kita adalah orang yang sudah “melek informasi” istilahnya, akan segera dapat mengidentifikasi bahwa berita itu tidak benar. Namun bayangkan jika yang mendapat berita hoax itu adalah orang yang baru pertama kali menggunakan perangkat gawai, kemungkinan besar akan terjebak dan ikut terseret pada informasi yang salah, terlebih jika itu menyangkut hal-hal sensitif, yang akhirnya menyebabkan kekacauan, perdebatan tanpa ilmu, dan bahkan kesesatan.

Masyarakat Islam perlu diberi edukasi mengenai agama Islam yang benar, yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah sesuai pemahaman salafus saleh (sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in). Dengan mempelajari agama Islam secara benar, baik itu secara metode, sumber kitab, seorang guru, maupun aspek-aspek lainya, maka kebijaksanaan masyarakat akan semakin besar dalam menjalani kehidupan dunia yang fana ini. Masyarakat juga dapat semakin kuat serta memiliki benteng-benteng pertahanan terhadap informasi yang salah, bahkan menyesatkan.

Hal yang seharusnya pertama kali ditanamkan pada seseorang adalah mengenai Tauhid, yaitu mengesakan Allah semata, memahami dan mengakui bahwa segala sesuatu itu atas kehendak Allah. Dia menciptakan segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Dia yang menciptakan alam semesta ini. Salah satu metode dakwah untuk menyampaikan hal tersebut adalah melalui literasi.

Literasi perlu diajarkan pada masyarakat, karena kita semua pastinya menginginkan kebaikan umat. Dalam berdakwah melalui literasi, kita harus pandai menilai dan memanfaatkan situasi maupun kondisi sesuai dengan keadaan terkini. Jangan lupa juga untuk melihat dari sisi jiwa dan psikologi, untuk menyampaikan dakwah mulia ini.

Ketersediaan fasilitas teknologi yang sangat melimpah ini dapat kita manfaatkan untuk menjaring dan menjangkau masyarakat potensial untuk dakwah Islam. Dakwah saat ini tidak terbatas hanya pada ceramah lokal yang diadakan di suatu tempat tertentu. Namun, kita dapat memanfaatkan keadaan tersebut untuk mendakwahkan Islam, seperti menggunakan media sosial yang kini tengah menjadi sarana masyarakat menerima informasi.

Literasi tak hanya melalui kegiatan membaca dan menulis, namun lebih dari itu. Literasi secara umum dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang dalam hal membaca, menulis, berbicara, serta memecahkan berbagai permasalahan di dalam kehidupan.

Dakwah Islam melalui literasi menjadi sangat berpengaruh bagi masyarakat, terutama jika didukung dengan sarana digital. Melalui literasi, kita dapat menyampaikan Islam dengan lebih mudah dan efektif. Edukasi yang diberikan melalui literasi akan mudah diserap, terutama bagi orang yang memang benar-benar berfokus pada area tersebut. Kemampuan seseorang dalam hal tulis menulis, berbicara, serta memecahkan permasalahan dalam hidup merupakan sebuah modal yang berharga untuk keberlangsungan hidup mereka.

Salah satu bentuk implementasi dakwah melalui literasi dapat dilihat dari banyaknya buku-buku bernuansa islami yang ada di perpustakaan, maupun buku-buku yang telah beredar dan dijual di toko. Buku-buku tersebut mengandung nilai-nilai Islam yang mana itu merupakan sebuah sarana dalam berdakwah, yaitu menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran. Selain itu, juga dapat kita lihat dari banyaknya artikel-artikel maupun buku digital yang kita jumpai di internet.

Postingan-postingan edukatif mengenai Islam di media sosial seperti di Instagram, Facebook, dan Twitter juga merupakan sebuah sarana dakwah yang efektif, karena dengan adanya postingan tersebut, setidaknya meningkatkan kesadaran seseorang akan adanya Islam. Mereka menjadi tersadar akan eksistensi dan keindahan Islam. Jika hal ini dilakukan terus-menerus, maka tidak menutup kemungkinan seseorang menjadi penasaran dan mencari tahu lebih dalam terkait dakwah Islam.

Dalam menyebarkan literasi, kita juga harus dapat beradaptasi mengikuti arus perkembangan zaman. Misalnya, informasi terkait adanya acara kajian Islam yang dahulu kebanyakan disebarkan melalui pamflet dan selebaran, kini dapat ditingkatkan lagi dengan memanfaatkan pengiklanan digital (digital advertising). Dalam hal tersebut, kita dapat memilih target masyarakat yang akan kita sasar, seperti rentang umur, lokasi, hobi, agama, maupun parameter-parameter lainya.

Sebut saja saat kita mengadakan acara kajian mengenai pernikahan, yang acara tersebut diadakan di Jakarta, maka kita dapat memilih rentang umur anak muda di sekitar area Jakarta, yang dianggap sudah siap untuk melakukan pernikahan. Iklan tersebut dapat muncul di berbagai kanal sesuai yang kita inginkan. Misalnya muncul di halaman beranda Facebook dan Instagram. Tentunya hal ini sangat menguntungkan bagi keberlangsungan dakwah Islam.

Dakwah melalui literasi ini merupakan sebuah metode yang baik, layak dilakukan, dan juga menantang. Kita harus bisa menyelaraskan antara ajaran Islam, pandangan kita, pandangan orang yang kita dakwahi, serta keadaan lingkungan. Seseorang harus mengerti ilmunya terlebih dahulu sebelum menyampaikan sesuatu. Jangan sampai kita menyebarkan dakwah dengan metode maupun substansi yang salah.

Apabila dakwah kita diterima, maka kita bersyukur kepada Allah karena diberi keberhasilan, dan apabila dakwah yang kita lakukan ditolak, maka kita tetap bersabar dan jangan berkecil hati. Tugas kita dalam berdakwah itu menyampaikan kebenaran, bukan untuk memaksa seseorang. Tidak ada paksaan dalam agama Islam. Tentunya berhasil atau tidaknya, semua bergantung pada keputusan Allah Ta’ala.

Namun demikian, kita harus tetap bersemangat dalam menyebarkan agama Islam ini. Jika orang-orang kafir saja berusaha maksimal untuk menyebarkan, mendanai, serta mendukung kegiatan-kegiatan yang bertolak belakang dengan ajaran Islam, maka kita sebagai seorang muslim seharusnya lebih giat lagi mendakwahkan agama Islam. Allah menjanjikan balasan surga bagi yang beriman dan mengerjakan kebaikan.

Akhir kata, marilah kita senantiasa mendekatkan diri pada Allah, selalu bersyukur, bersabar, dan berusaha menyebarkan agama Islam. Jangan lupa untuk selalu meminta pertolongan Allah, minta dimudahkan untuk melakukan segala kegiatan. Tetap bersabar jika ternyata dakwah kita belum membuahkan hasil yang maksimal, atau mungkin bahkan dalam perjalanan, kita ditimpa berbagai macam fitnah dan cobaan. Semoga Allah menerima semua amal kebaikan yang kita lakukan, serta memudahkan semua urusan yang kita kerjakan. Aamiin…

Tentang Penulis

Muhammad Noor ‘Adn Assa’id, lahir di Kudus, pada 17 Oktober 2001. Saat ini, ia tercatat sebagai mahasiswa Manajemen Dakwah (MD), Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam IAIN Kudus. Meskipun kuliah di jurusan sosial, ia memiliki minat belajar terkait sains dan teknologi.

Ia kerap mengambil beasiswa belajar dunia IT di luar kampus, seperti belajar pemrograman, pembuatan aplikasi, serta arsitektur sebuah website. Selain itu, dia juga memiliki ketertarikan terhadap seni dan desain digital. Dia berusaha berdakwah melalui berbagai kemampuan yang dimiliki dengan ciri khas tersendiri, termasuk di dunia kepenulisan. Jejak digital penulis dapat dilihat pada Instagram @nooradn_ atau melalui tautan s.id/nooradn.

--

--