Express Yourself with Writing

Noor Adn
5 min readMar 1, 2021
Image by Pexels from Pixabay

Menulis adalah suatu aktivitas mulia yang telah dilakukan oleh orang-orang sejak dahulu. Orang-orang bisa terkenal karyanya sampai sekarang ini salah satunya yaitu dengan menulis. Seperti yang kita ketahui misalkan, buku dari ilmuwan muslim Ibnu Sina, yaitu Qanun fi Thibb (Kaidah Kedokteran) yang sampai saat ini masih dijadikan sebagai salah satu rujukan yang utama dalam membuat atau merumuskan sebuah perkara. Buku-buku pengetahuan yang lain juga menunjukkan kepada kita bahwa suatu ilmu pengetahuan dapat diabadikan melalui tulisan.

Al-Qur’an (Kalamullah) pun bisa sampai kita salah satunya yaitu dengan melwati sebuah tulisan, yang mana telah dikodifikasikan pada masa kehalifaan sehingga bisa kita rasakan serta pelajari sampai sekarang. Kita juga membutuhkan kitab atau buku yang telah ditulis orang-orang terdahulu untuk mempelajari Sunnah. Kita dapat belajar Islam lebih dalam melalui tulisan-tulisan yang dituliskan para ulama’ kita berdasarkan perilaku Rasul dan sahabat Rasul. Kenapa kok bisa seperti demikian, yaitu belajar dari orang-orang terdahulu yang hidup berdampingan dengan Rasul? Yaitu alasanya adalah karena merekalah yang lebih tahu dan paham tentang keadaan dan kejadian saat itu.

Kalau kita ambil sebuah logika, apabila ada sebuah kasus kecelakaan mobil misalkan, maka tim investigasi akan mencari tahu informasi-informasi yang berhubungan dengan cara menanyakan kepada orang-orang yang ada di tempat kejadian. Mengapa demikian? Yaitu karena mereka yang lebih tahu akan kejadian tersebut. Bisa dikarenakan dia melihat dengan mata kepala sendiri, mendengarkan serta mengamati secara detail sebuah kejadian tersebut. Hasil dari investigasi tersebut pun di dokumentasikan salah satunya yaitu dalam bentuk data-data yang berupa tulisan, seperti saksi, kronologi kejadian, serta tempat & waktu kejadian itu berlangsung.

Seringkali kita mendengar bahwa orang bisa terkenal namanya melalui sebuah buku, atau paling tidak sebuah tulisan yang telah dipublikasikan pada khalayak umum, seperti koran, majalah, dan tidak lupa pula pada area digital, seperti Medium, Quora, Telegram, serta platform-platform yang lainya. Ada sebuah kejadian yang menurut saya cukup menarik, ketika saya menonton sebuah video dari BukaTalks (semacam acara talkshow versi Bukalapak) yaitu ada seseorang yang menulis buku, namun pada akhirnya dia bisa jalan-jalan ke luar negeri. Beliau adalah Ahmad Fuadi, penulis buku best sellernya “Negeri 5 Menara” yang juga telah di film kan. Bukunya juga menjadi bahan ajar utama suatu mata kuliah di suatu universitas. Hal ini tentunya menjadi sebuah fenomena yang cukup menggembirakan baik dari sisi penulis maupun dari sisi reputasi negara kita Indonesia.

Dengan menulis, kita dapat mengekspresikan diri sendiri lebih leluasa, dengan menulis, kita berarti telah membuat legasi (peninggalan) bagi diri kita sendiri. Tulisan akan terus dapat dibaca apabila sudah dipublikasikan. Kita dapat meraih potensi pahala jariyah dari sini, yaitu dengan cara menulis sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, karena kita semua tahu bahwa ketika anak Adam (manusia) telah meninggal, maka akan terputus semua amalnya kecuali tiga perkara. Salah satunya yaitu ilmu yang bermanfaat.

Bagi kaum introvert seperti saya ini, menulis adalah sesuatu hal yang cukup mengasyikkan, karena dengan menulis, rasanya seperti menuangkan semua perasaan yang ada di dalam hati menjadi sebuah tulisan. Msialkan saat merasa sendirian, sedih, galau, atau bahkan marah, menulis adalah salah satu solusi yang terbaik untuk meredakan dan mengontrol emosi yang bergejolak. Pernah beberapa kali kejadian seperti itu, dan akhirnya saya merasa benar-benar membaik suasana hati saya. Hal ini biasa saya lakukan untuk self-healing (pengobatan diri) saat semua orang terasa ngga ada yang peduli. Setidaknya hal itu dapat menjadi anestesi dari rasa sakit yang ku alami. Jadi, menulis adalah seseuatu yang berarti atau bermakna.

Kita juga dapat ambil contoh pendekatan dari seorang tokoh yang memproklamasikan dirinya sendri sebagai introvert, yaitu JK Rowling, si pengarang buku serial Harry Potter yang hingga kini telah sukses serta di filmkan. Generasi yang lebih dulu dari saya pasti kebanyakan paham dan tahu alur dari buku & film tersebut. Pasalnya, itu sempat booming dan populer dalam beberapa kurun waktu. Tentunya ada banyak sekali orang yang berhasil meng ekspresikan dirinya melalui menulis, terkhusus pada orang bertipe kepribadian inrovert, yang lebih suka menyendiri, memperhatikan secara detail, menjaga jarak sosial, sebagai metodenya untuk bernafas atau lebih tepatnya recharge energi.

Pramoedya Ananta Toer pernah berkata, “Menulis adalah bekerja untuk keabadian”. Kalau kita pikir-pikir kembali, maka hal yang dikatakan Pramoedya tadi adalah benar, karena dengan menulis kita berarti bekerja untuk sebuah keabadian. Karena semua manusia pasti akan mati, dan manusia yang telah menulis akan terasa abadi. Kenapa demikian? Karena namanya akan selalu disebut-sebut meskipun orangnya telah tiada. Sebut saja beliau ulama’ HAMKA (Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah) yang menulis karya beliau dalam keadaan dirinya dipenjara. Karyanya maasyaaAllah luar biasa sekali. Bahkan pada pengajian yang lalu, ustadz saya sempat menyebut nama beliau karena bukunya yang recommended dan insightful.

Saran ku, untuk bisa menulis dengan baik, maka kita harus perbanyak bahan bacaan kita. Bisa itu dari buku, artikel, jurnal, maupun yang lainya. Baik yang versi online, maupun offline. Kini internet sudah ada di genggaman kita dan informasi sangatlah mudah untuk didapatkan dengan beberapa jari. Misalkan kita ingin mengetahui berita, maka kita cukup mencari di Google untuk mendapatkan informasinya. Tentunya kita harus selektif juga terhadap berita-berita hoax dan tidak bertanggung jawab. Pilihlah media yang memiliki reputasi serta validasi yang bagus, agar kita tidak mudah tergiring opini publik yang kadang tidak sesuai dengan realitas kehidupan ini. Intinya adalah perbanyak informasi, perbanyak literasi, buat perpusatakaan sendiri untuk bersama maupun pribadi. Baik itu pustaka digital maupun pustaka konvensional. Hal itu penting, sekali lagi, penting.

Sejujurnya, saya seperti sedikit minder karena beberapa orang dan teman dekat saya sudah ada yang memiliki buku sendiri, sedangkan saya belum punya buku. Dari kakak-kakak ku se kandung, sampai teman-teman se umuranku. Bahkan adik perempuan saya, tulisanya ada yang sudah masuk ke dalam buku. Tentunya itu menjadi sebuah semangat bagi kita semua serta saya sendiri terutama yang mana bisa kita ambil untuk bisa memproduksi karya-karya yang maksimal. Menyebar kebaikan yang lebih banyak serta menebar kebermanfaatan kepada manusia lebih luas.

Hal ini didukung dan dibenarkan, karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lainya. Allah juga memerintahkan kita untuk berlomba-lomba dalam hal kebaikan. Yang mana jika kita korelasikan, menulis adalah sebuah ibadah, dan ibadah akan mendapatkan pahala. Apalagi jika telah menjadi sebuah rantai yang tak terputus yang tersebar di masyarakat, tentunya ini menjadi peluang investasi amal kita nanti saat kita telah tiada. Semoga kita dapat selalu beribadah, menghasilkan karya-karya yang bermanfaat yang mana kita dapat menuai hasil manis kerja kita di akhirat. Aamiin, aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin.

Jazaakumullah khairan wa baarakallahu fiikum.

--

--